• Breaking News

    ⚖️ Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu hukum 𝐄𝐪𝐮𝐮𝐦 𝐞𝐭 𝐛𝐨𝐧𝐮𝐦 𝐞𝐬𝐭 𝐥𝐞𝐱 𝐥𝐞𝐠𝐮𝐦 ⚖️ Fakultas Syariah dan Hukum, Uin Alauddin Makassar ⚖️

    KRISIS ETIK : Pergi Tak Diantar, Pulang Tak Disambut.

    Gambar: Dokumentasi Pribadi Al Fajar Saputra

    OpiniSebagai mahasiswa, kita sering kali merasa bangga ketika diundang untuk mewakili kampus dalam berbagai perlombaan. Namun, pengalaman ini sering kali disertai dengan kekecewaan yang mendalam ketika kita menyadari bahwa kampus tidak memberikan dukungan yang memadai. Banyak dari kita yang harus membiayai sendiri transportasi, akomodasi, dan biaya pendaftaran lomba, sementara kampus hanya menampilkan prestasi kita sebagai bagian dari citra mereka. Hal ini menciptakan kesan bahwa kampus lebih peduli pada reputasi mereka daripada pada mahasiswa yang berjuang keras untuk mengharumkan nama institusi.

    Ketidakpedulian ini mencerminkan sebuah ironi yang menyakitkan. Di satu sisi, kampus mengklaim bahwa mereka mendukung pengembangan mahasiswa secara holistik, tetapi di sisi lain, mereka mengabaikan kebutuhan dasar mahasiswa yang berpartisipasi dalam kompetisi. Ketika mahasiswa berjuang untuk mewakili kampus, mereka berharap mendapatkan dukungan yang layak. Namun, kenyataannya, banyak dari kita yang merasa seperti alat promosi semata, di mana keberhasilan kita hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan citra kampus tanpa adanya penghargaan yang sepadan.

    Dampak dari ketidakpedulian ini sangat signifikan. Mahasiswa yang merasa diabaikan cenderung mengalami penurunan motivasi dan semangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan di luar akademik. Ketika kita kembali dari lomba tanpa membawa piala, rasa kecewa dan tidak dihargai bisa menggerogoti semangat kita untuk terus berprestasi. Ini adalah sebuah siklus yang merugikan, di mana mahasiswa enggan berpartisipasi karena merasa tidak didukung, sementara kampus kehilangan kesempatan untuk meraih prestasi yang dapat meningkatkan reputasi mereka.

    Lebih jauh lagi, ketidakpedulian ini juga menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya. Mahasiswa yang berasal dari latar belakang ekonomi yang lebih baik mungkin dapat membiayai sendiri semua kebutuhan lomba, sementara mereka yang kurang beruntung terpaksa mundur. Ini menciptakan kesenjangan yang semakin lebar dalam kesempatan berprestasi, di mana hanya segelintir mahasiswa yang dapat mewakili kampus dengan baik. Kampus seharusnya menyadari bahwa dukungan yang diberikan tidak hanya penting untuk mahasiswa yang menang, tetapi juga untuk mereka yang berusaha keras meskipun tidak meraih juara.

    Kampus perlu mengembangkan kebijakan yang lebih inklusif dan mendukung mahasiswa yang berpartisipasi dalam lomba. Ini bisa berupa penyediaan dana untuk biaya lomba, transportasi yang memadai, dan bimbingan dari dosen. Dengan adanya dukungan ini, mahasiswa akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk berprestasi. Apresiasi terhadap usaha dan proses sangat penting untuk membangun semangat dan rasa memiliki di kalangan mahasiswa. Ketika kampus memberikan pengakuan terhadap partisipasi mahasiswa, baik dalam bentuk penghargaan, sertifikat, atau publikasi, hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mahasiswa untuk terus berprestasi.

    Ketidakpedulian kampus terhadap mahasiswa yang mewakili dalam perlombaan adalah masalah serius yang perlu segera diatasi. Dengan memberikan dukungan yang memadai, kampus tidak hanya akan meningkatkan semangat mahasiswa, tetapi juga membangun reputasi yang positif di masyarakat. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai setiap usaha mahasiswa.

    Sebagai mahasiswa, kita harus berani bersuara dan mendorong kampus untuk lebih peduli dan memberikan dukungan yang layak bagi kita yang berjuang untuk mengharumkan nama baik institusi. Kita semua ingin merasa dihargai dan diakui atas usaha yang telah kita lakukan. Mari kita bersama-sama menuntut perubahan, agar kampus tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga menjadi rumah yang mendukung setiap langkah kita dalam meraih prestasi. Ketika kampus berinvestasi dalam mahasiswa, mereka sebenarnya sedang berinvestasi dalam masa depan mereka sendiri ,tetapi jika yang terjadi malah sebaliknya maka matilah peradaban itu.

    Penulis : Al Fajar Saputra (HMJ Ilmu Hukum 2025)


    No comments