Kepemimpinan Seorang Perempuan
OPINI - Berbicara mengenai kepemimpinan seorang perempuan dan kepemimpinan seorang laki-laki adalah topik yang selalu diperdebatkan setiap hari. Saat ini, pemimpin didominasi oleh laki-laki. Beberapa dari teman terdekat yang pernah saya tanyakan
“Kenapa memilih pemimpin seorang laki-laki?”.
Jawabannya laki-laki menggunakan logika, sedang perempuan menggunakan perasaan.
Jika kita memahami konsep kepemimpinan itu sendiri, bukankah perbedaan cara menalar tidak akan menjadi permasalahan?, atau hanya persoalan gender bahwa dia laki-laki sehingga lebih pantas menjadi pemimpin?, dan karena dia seorang perempuan yang katanya selalu menggunakan perasaan sehingga tidak layak menjadi seorang pemimpin?, saya kira ada banyak pertanyaan yang sering saya jumpai dilingkungan sekitar dan satu persatu pula dapat saya pahami persoalan hal tersebut.
Sosok pemimpin digambarkan sebagai seseorang yang mampu menciptakan suasana kondusif, kepercayaan diri, keterbukaan, dan menghargai harkat dan martabat, bukan sekedar pembuat keputusan dan bawahan harus mengikutinya. Pemimpin yang baik harus memberikan ide-ide dan mempersilakan bawahannya memberikan komentar atau masukan.
Saya membaca dari beberapa tulisan dan saya tertarik pada salah satu penulis yaitu Miller dalam bukunya Wolfman yang terbit pada tahun 1989, beliau mengatakan bahwa keutamaan seorang perempuan sebagai pemimpin adalah kemampuan untuk memelihara hubungan. Perempuan memiliki kemampuan alami untuk menciptakan, memelihara serta mendorong pertumbuhan organisasi demi dan bersama orang lain. Pada dasarnya perempuan memiliki sifat bawaan untuk membantu orang lain mencapai tujuan agar memperoleh kepuasan.
Sifat inilah yang menurut Miller menjadi hal yang menonjol dari kepemimpinan seorang perempuan. Selain membaca dari beberapa tulisan saya juga mengutip ayat dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada satu pun konsep di dalam Alquran yang membatasi perempuan untuk menjadi pemimpin, artinya perempuan berhak menjadi pemimpin.
Hal ini terdapat dalam ayat yang berbunyi: sesungguhnya Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan untuk menjadi pemimpin (Qs. Al-Baqarah: 30), dalam maknanya yang luas, seperti pemimpin pemerintahan, pemimpin pendidikan, pemimpin keluarga dan pemimpin untuk dirinya sendiri.
Demikian halnya dalam sejarah kemerdekaan di Indonesia, tidak sedikit perempuan yang berperan dan memberikan sumbangsih yang besar untuk memerdekakan Indonesia, ada banyak perempuan yang berperan dalam memerdekakan Indonesia tetapi saya khususkan kepada R.A Kartini. Salah satu alasan saya membuat tulisan ini yaitu untuk memperingati Hari Kartini tepatnya Hari ini 21 April 2021.
R.A Kartini (1879-1904), pelopor kebangkitan perempuan pribumi, pejuang hak-hak perempuan dan pendidikan bagi perempuan di Indonesia, berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan sekolah wanita dengan nama “Sekolah Kartini” di wilayah Semarang, Yogyakarta, Madiun dan Cirebon (Ismail Sofyan, 1994: 139).
Di Indonesia gerakan feminisme untuk mewujudkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan telah diperjuangkan sejak lama. Akan tetapi hingga ini, cita-cita untuk menciptakan dunia yang egaliter bagi sesama manusia, laki-laki dan perempuan, belumlah terealisasi sepenuhnya. Hal ini dikarenakan sosialisasi gender yang bias atau timpang masih terjadi di masyarakat kita. Sosialisasi gender yang bias ini tidak hanya dilakukan oleh adat atau budaya, melainkan juga diperkuat oleh agama.
Menjadi seorang pemimpin, pengetahuan yang luas dan kecerdasan perempuan bukan untuk menjadi kompetitor laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tetapi agar perempuan lebih cakap dalam melakukan kewajibannya.
Selamat Hari Kartini untuk para pemimpin perempuan.
Penulis : Khusnul Ramadhani (Mahasiswa Ilmu Hukum Angkatan 2020)
No comments