• Breaking News

    ⚖️ Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu hukum 𝐄𝐪𝐮𝐮𝐦 𝐞𝐭 𝐛𝐨𝐧𝐮𝐦 𝐞𝐬𝐭 𝐥𝐞𝐱 𝐥𝐞𝐠𝐮𝐦 ⚖️ Fakultas Syariah dan Hukum, Uin Alauddin Makassar ⚖️

    Kita Butuh Islam Ramah Bukan Islam Marah

    Foto : Muh Isra Sulfidah

    OPINI - Saya selaku penulis mengutarakan dan memberikan sekumpulan kata membentuk beberapa paragraf yang mana isinya adalah hasil dari buah pemikiran saya tentang Tema yang berbunyi  “ Kita butuh Islam ramah bukan Islam marah “

    Menarik sekali untuk dibahas tema ini. Oleh sebab itu, saya memberikan konsep yang lebih manusiawi  :

    Kita mengambil hikmah dan contoh dari Nabi Muhammad SAW yang sudah terkenal dikalangan masyarakat arab maupun dunia. Mengapa demikian? Karena Nabi ramah terhadap muslim maupun non muslim bahkan alam. Masyarakat dunia mencari data lebih dalam lagi siapa sebenarnya Nabi Muhammad itu? Ternyata memang Nabi Muhammad tidak bisa ditandingi hanya bisa diteladani oleh seluruh ummat manusia di dunia , karena ALLAH SWT. Memberi pujian dalam surah AL-Ahzab ayat 21.


    لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

    Terjemah: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".

    Karena Nabi tidak kelihatan emosionalnya, kemarahannya, kebenciannya kepada ummat nya maupun ummat lain. Nabi bersabda dalam haditsnya.


    مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

    Terjemah: "Siapa yang melihat kemungkaran maka rubah lah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubah lah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolak lah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman".

    Hadits tersebut di atas menggambarkan pilihan yang demokratis sebab ada yang membasmi lewat kekuatan fisik, lisan dan doa dalam hati. Faktanya di Lapangan kalau kita (seorang muslim) berada dalam kekuasaan pemerintahan tentu sebaiknya melawan kemungkaran lewat fisik kekuatan kalau kita golongan ulama atau ustad tentu membasmi kemungkaran lewat ceramah begitu pula masyarakat biasa membasmi kemungkaran lewat cara berdoa dalam hati karena kita ini berbeda-beda profesinya.

    Kita mengamalkan konsep tadi bukan konsep kebencian. Fenomena Nabi terlihat dalam diri beliau sudah ada tanda-tanda kenabian jauh sebelumnya. Karena keramahannya, akhlaknya, kejujurannya tidak membeda-bedakan orang. Identik dengan peribahasa Indonesia yang mengatakan bahwa “Sahabat seribu masih kurang tetapi musuh satu sudah banyak”. Artinya perbanyaklah persahabatan kurangi kebencian terhadap ummat manusia karena persahabatan kunci utama meredam pertikaian permusuhan antara suku dan bangsa di dunia. 

    Mengamalkan dan memperluas uhkuwah Islamiyah lintas agama karena kita ini bersaudara bahkan saudara seketurunan Nabi Adam AS ke Nabi Ibrahim AS. Didalam pelaksanaan shalat selalu kita membaca doa untuk Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya. Jadi tidak pantas seorang muslim selalu membenci agama-agama samawi yang diturunkan oleh Allah bersama Nabi-Nya lebih tegas lagi Allah berfirman QS.Al Isra ayat 70 :


    وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

    Terjemah Arti: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan".

    Ayat di atas menggambarkan suatu kehidupan secara universal memuliakan manusia jangan dilihat dari segi agamanya. Sebagian penceramah sering mengucapkan kata-kata yang isinya membenci dan memarahi orang misal ucapannya terlalu banyak haramnya, musyrik nya, bid’ahnya bahkan sering mengkafirkan sesama islam.

    Ada pendapat yang ingin saya sampaikan kepada pembaca (mungkin pendapatku keliru mohon dimaafkan).

    Pernyataan 1 : seekor anjing (termasuk najis berat) bisa disentuh atau dipegang oleh seorang muslim, untuk menghilangkan najisnya bisa dicuci air 7 kali ditambah satu kali digosok tanah (pendapat Imam Syafii).

    Pernyataan 2 : seorang perempuan yang sudah baligh disentuh oleh seorang laki-laki yang sudah baligh tetapi orang itu bukan mahramnya, dikatakan haram (tidak boleh) padahal perempuan itu bukanlah najis!

    Bagaimana tanggapan pembaca?

    Pengalaman bapak KH.Abdurrahman Wahid ( presiden ke 4 RI ) pada waktu itu saya pernah berdialog dengan bapak saya, beliau bercerita bahwa pada waktu jamannya informasi TVRI ada tempat ibadah yang mau dibangun berdekatan dengan ( masjid dengan gereja ) masyarakat tidak setuju, bisa menimbulkan pertikaian umat beragama tapi sebelum dibangun dimintai pendapat bapak Gusdur jawabannya “Biasa-biasa saja tidak apa-apa supaya masyarakat nasrani bisa lebih mengetahui bagaimana sebenarnya agama islam itu, begitupun sebaliknya .” ujar Gusdur.

    Pendapat orang tua saya, banyak kyai dan ustad tetapi tidak berlebihan kalau mengidolakan bapak Gusdur.

    Kita sadar dan berhenti membenci suku dan bangsa di dunia, seharusnya kita berterimakasih karena ilmu dan tekhnologinya  lebih maju daripada kita. Allah berfirman QS.Alhujurat ayat 13.


    يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

    Terjemah: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

    Gambaran singkat ayat di atas adalah tidak ada kata lain dan jalan lain selain menghormati dan menghargai suku dan bangsa di dunia. Kesimpulannya ada lima, di antaranya, keteladanan memunculkan banyak pengikut, tidak membedakan orang mengakibatkan banyaknya sahabat, memulihkan anak cucu Adam AS adalah mengurangi kebencian sesama manusia, pengalaman Gusdur mengurangi konflik umat beragama dan banyak suku dan bangsa adalah pabrik untuk memperbanyak ilmu pengetahuan.


    Penulis : Muh. Isra Sulfidah ( Mahasiswa Ilmu Hukum Angkatan 2019).

    No comments