• Breaking News

    ⚖️ Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu hukum 𝐄𝐪𝐮𝐮𝐦 𝐞𝐭 𝐛𝐨𝐧𝐮𝐦 𝐞𝐬𝐭 𝐥𝐞𝐱 𝐥𝐞𝐠𝐮𝐦 ⚖️ Fakultas Syariah dan Hukum, Uin Alauddin Makassar ⚖️

    Untuk si Pembuat Rindu

    Foto : Hasan Basri S. 


    KISAH - Mulai mengenalmu membuatku mengenal dunia, dunia yang berbeda dari yang kujalani selama ini. Entah kenapa aku harus selalu menyiapkan waktu walau hanya untuk sekedar menyapamu. Mulai terbiasa menghabiskan waktuku bersamamu. Sungguh ku mulai merasa dunia kembali berwarna, pelangi kembali tersenyum padaku.

    Kau tau bagaimana menemukan kenyamanan dan kau tau bagaimana cara menemukan kebahagiaan. Aku sedikit mulai belajar tentang hidup, perlahan ku mulai nyaman denganmu dan berharap tetaplah seperti ini. Memang aku tak terlalu lihai membuat kenyamanan. Kau tau kenapa? Karena bagiku menemukan rasa nyaman itu sulit. Jangan pernah berubah, aku tidak meminta banyak hal darimu.
    Saat ini bagaimana bisa merangkai kata sementara malam tak memberi bintang. 

    Bagaimana pula setiap untaian kata bisa terangkai ketika tak ada satupun kata yang bisa mewakili rasa karena tak kutemukan metodenya. Kau adalah keindahan yang tak terwakili oleh kata, kau adalah nada yang tak bersuara, dan kau adalah puisi yang tak bersyair. 

    Kau tahu bahkan hujan yang begitu romantis dipertengahan januari tak mampu mewakili rasaku padamu. Rasa ini membuatku semakin gila oleh candunya walau kau sedikit pun tak mau peduli, kau tahu aku akan tetap bertahan, bersabar, dan menanti bak daun yang bersabar menanti hempasan air hujan.

    Merah merona diantara temaram jingga semesta pun bertasbih memuji teduh dalam bias cakrawala. Bagaimana hati bisa seperti ini kala temaram merona setiap lukisan di ufuk hanya ada dirimu atau ini pun tak bias terangkai ketika memuji keindahanmu.

    Tuhan izinkan aku jatuh cinta dengan sebenar-benarnya cinta. Tuhan biarkan aku merasakan cinta dengan cinta yang sesungguhnya. Tuhan jangan biarkan aku hampa sampai tak tersisa lagi cinta dihatiku. Biarkan aku kembali merasakan debaran itu, debaran yang menggelisahkan, membuatku tak bias lelap dalam tidurku. Aku ingin kembali dalam dekapan cinta. Aku ingin kembali gelisah dalam rindu.

    Jangan biarkan hati ini gersang sebab aku percaya gelisah itu indah. Agar mampu kembali kurajut rindu, aku ingin kembali menatap kejora yang diam-diam menggelisahkan hati sampai semesta cemburu dengan cinta yang kau beri.

    Bahkan ketika menulis pun, aku merasa terjajah lalu bagaimana bisa imajinasiku menjadi liar, kau tau dengan api cemburu itu akan mengeja ego, tidakkah kau tau betapa menulis menjadi surga ketika hamparan kata yang terurai satu demi satu maka resahmu pun akan terukir. Kau tau betapa indahnya hidup ini jangan memenjarakan diri dengan ego. Belajarlah sedikit tentang hidup, dunia ini begitu luas jangan membuatnya sempit dari pemikiranmu.

    Sedikit mulailah membuka diri dan berbagi cerita itu akan membuat hidup menjadi damai. Mulailah mengenal warna pelangi kehidupan di sana ada kau, aku dan mereka bukan hanya ada kita, mengertilah sedikit walau sulit bagimu berilah ruang agar hidupmu tidak sesak.

    Izinkan aku mencintaimu dan merasakan debaran kala senja berselimut, menatapmu dari kejauhan, menikmati setiap kerinduan. Kau tahu bagaimana setiap lekuk rindu ketika kau hanya selalu diam dan kau tahu aku hanya bisa bilang rindu dalam hati tapi tak sanggup mengatakannya. Rasanya ingin kutarik wajahmu menatapku dan jangan menoleh pada yang lain. Lihat aku saja, karena terkadang aku pun terbakar api cemburu bahkan pada senja sekalipun.

    Bagaimana setiap kata bermakna menjadi cerita semua itu muncul dari rasa gelisah. Tangan hanya mampu merangkai setiap kata yang berserakan sehingga mampu menjalin menjadi kalimat indah. Aku mampu membuatmu gelisah namun kau bahkan mampu memberi lebih dari sekedar gelisah. 

    Diam ataupun bicaramu semua tingkah lakumu menggelisahkanku. Tidak adakah ruang sedikit saja di hatimu untukku? Kau tahu diam-diam aku selalu memandangi potretmu dari jauh tanpa sepengetahuanmu, walau tak ada rasa di hatimu aku hanya ingin menatapmu dalam keheningan jiwaku.


    Penulis : Hasan Basri S. (Mahasiswa Ilmu Hukum Angkatan 2018)

    No comments