Merespon Efektivitas Kuliah Daring!
OPINI - Tahukah Anda bahwa perkuliahan secara daring mempunyai lebih banyak kekurangan daripada kelebihan.
Selain bergantung pada jaringan, meredupnya indikator keberhasilan dalam menghasilkan para intelektual-intelektual dalam proses pembelajaran, sikap yang harus dinilai melalui mengamati perilaku secara langsung, berperilaku santun & baik ada diatas segalanya bahkan diatas kecerdasan itu sendiri.
Transfer intelektual & spiritual diharapkan terjadi dalam proses perkuliahan tatap muka. Namun hal tersebut belum bisa dimaksimalkan dalam perkuliahan online. Yang dibutuhkan siswa adalah berdialog langsung dengan teman serta gurunya, terjun ke ruang-ruang sosial kampus.
Sangat disayangkan bahwa universitas yang diharapkan menjadi pencetak para intelektual ini justru terkurung dalam ruang penjara.
jiwa sosial, jiwa kepemimpinan, kreativitas, dimensi spiritual yang seharusnya ditransfer oleh seorang pendidik kepada siswanya justru dibatasi oleh jaringan yang tidak mendukung kegiatan perkuliahannya. harus dipertimbangkan mengenai ketidakefektifan pembelajaran online.
kampus ditutup, sementara mal tetap terbuka. Ya secara ajaib, perbelanjaan lebih penting daripada pendidikan.
Banyak gagasan yang mendukung kuliah online dengan dalih pemanfaatan teknologi. persetan dengan semua itu. Jauh di lubuk hati mahasiswa hari ini, perkuliahan semacam ini berpotensi melahirkan sikap praktis. budaya membaca siswa turun karena hanya dengan mengetik di google, jawaban yang diinginkan akan muncul. Pencarian Google digunakan sebagai sumber kebenaran mutlak. Google sebagai Tuhan baru. "New God".
Mahasiswa dikenal dengan budaya membaca yang kuat. bukan budaya praktis yang menginginkan segalanya secara instan.
pentingnya membaca banyak buku juga dapat menimbulkan perbandingan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan berdasarkan kesimpulan dari buku-buku yang telah dibaca (memperbanyak refrensi).
Keresahan-keresahan dari berbagai kalangan mahasiswa mulai dari angkatan tua sampai angkatan 2020. Khususnya angkatan 2020,
Kami bergabung di kampus pada penerimaan mahasiswa baru tahun lalu. ya sudah tidak terasa perkuliahan online kami lalui kurang lebih satu tahun setengah.
saya ingat senior-senior kami menceritakan pengalamannya saat perkuliahan offline. berdiskusi dikelas sampai makan & tertawa di kantin fakultas.
senior kami telah menikmati fasilitas kampus namun jangan tanyakan pada angkatan 2020 mengenai fasilitas kampus.
kami angkatan 2020 belum pernah memakai ruang kelas, memarkir motor di fakultas, makan di kantin.
kesemua fasilitas tak dapat dinikmati. Birokrasi kampus hanya memeras kami. kewajiban telah saya telah dilaksanakan namun kami tidak mendapat hak urgen yaitu menikmati fasilitas.
Apa yang diinginkan birokrasi kampus sebenarnya?
maksud saya mengapa tiap tahun ukt terus melonjak naik sedangkan birokrasi kampus tidak melaksanakan kewajibannya memberikan fasilitas kepada kami.
kami tidak pernah memakai fasilitas kampus. marwah pendidikan telah mati. birokrasi kampus sibuk memasukkan sekantong penuh uang bantuan pemerintah ke bank yang kemudian mendepositkan dana bantuan tersebut & memakan bunganya.
Hentikan perkuliahan online, normalkan sistem pembelajaran. jangan manfaatkan mahasiswa dengan menarik biaya UKT yang kemudian hak-hak mahasiswa tidak diberikan.
Robohkan komersialisasi pendidikan, jangan jadikan pendidikan sebagai ladang bisnis.
ini kampus bercorak islam, maka daripada itu pancarkan cahaya-cahaya Tuhan kepada mahasiswa mu. Jangan hanya nama kampusnya diselipkan kata “Islam” tetapi pada realitas peradaban didalam kampus justru menggambarkan peradaban jahiliyah.
Penindasan, pemerasan terjadi bahkan itu terjadi dan berlalu lalang didepan matamu.
Lebih baik saya bergabung diuniversitas atheis namun berprikemanusian, memancarkan cahaya-cahaya Tuhan daripada bergabung di Universitas Islam yang sama sekali tidak memancarkan dan mempunyai semangat islam dalam aktivitas kampusnya.
Penulis : Achmad Maulana Adnan (Mahasiswa Ilmu Hukum Angkatan 2020)
No comments