Kritik yang Membangun atau Membangun dengan Kritik?
Opini - Istilah ini sering kita jumpai dimana saja, banyak tokoh dari berbagai kalangan yang sering menyuarakannya. Secara istilah, kritik membangun merupakan komentar dan saran yang berguna dan berkontribusi pada hasil positif, proses yang lebih baik atau perilaku yang lebih baik. Kritik seperti ini memberikan dorongan, dukungan, tindakan korektif, dan arahan kepada orang yang menerimanya.
Kritik membangun diharapkan berisi solusi dan ide-ide inovatif serta kreatif.
Di era digital saat ini, orang-orang sangat bebas untuk menyampaikan pemikiran-pemikirannya. Seolah tidak ada lagi sekat yang membatasi antar kalangan, dan hal ini menjadi salah satu sebab mudahnya setiap orang menyampaikan kritikannya pada hal apapun dan dimanapun.
Namun apakah kritik yang disampaikan harus bersifat membangun? Bukankah kritik itu salah satu kebebasan berekspresi? Lalu kenapa kita harus dituntut Untuk selalu menyampaikan kritik yang membangun?
Karena tuntutan seperti itulah banyak orang yang merasa tidak dihargai atau diapresiasi saat menyampaikan pandangan atau kritikannya, padahal tanpa kita sadari kritik adalah bentuk kepedulian yang tersembunyi walaupun terkadang cara menyampaikannya terkesan sebagai ujaran bahkan terkadang kita harus merenungkannya berkali-kali agar bisa benar-benar mencernanya.
Baik organisasi maupun individu semuanya membutuhkan kritik untuk mengevaluasi setiap tindakan, perbuatan, dan pencapaian. Pikiran kita begitu sempit ketika memahami kritik sebagai suatu kesalahan yang disampaikan oleh orang lain kepada kita.
Membatasi diri untuk diberikan kritik ibarat membatasi ruang gerak bahkan menghambat kemajuan, seolah-olah kita tidak ingin memberi semen untuk merekatkan setiap batu yang sudah kita susun, merekatkan setiap proses yang sudah dan akan dilalui.
Terkadang diri memang cenderung egois tapi sampai kapan kita akan terus menutup mata untuk tidak melihat kekurangan-kekurangan yang ada? Menuntut diberi kritik yang hanya berisi solusi dan menggaris bawahi kata membangun yang dianggap sebagai tameng untuk menutupi kekurangan.
Kritik bisa saja tidak berisi solusi, kritik bisa saja tidak berisi dukungan atau dorongan tapi sebagian besar solusi lahir dari kritikan. Lalu, kenapa harus menghindari kritik jika nyatanya setiap bentuk penyelesaian problematika kehidupan berasal dari kritik, sayangnya cara pandang setiap orang berbeda dalam memahaminya.
Menurut saya Open Minded menjadi salah satu cara untuk menyikapi berbagai macam kritikan, open minded merupakan keterbukaan pemikiran dan menjadi karakteristik tersendiri yang melibatkan penerimaan terhadap beragam ide, argumen, dan informasi.
Namun, kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang hal ini menjadi kendala tersendiri, hal ini dikarenakan kita masih menutup diri pada hal-hal baru, membatasi diri untuk menggali informasi yang positif, dan mirisnya lagi karena saat ini kita sedang terkungkung di sisi gelap lingkaran media sosial yang seolah-olah menjadi asupan sehari-hari dan hal inilah yang menjadi salah satu alasan rusaknya paradigma sosial di masyarakat kita.
Perlu kita ketahui bahwa dengan membuka diri pada berbagai pemikiran, informasi, dan pandangan orang lain mendorong kita menjadi pribadi yang lebih cakap dalam menyikapi sesuatu.
Oleh karena itu, dengan menanamkan hal tersebut pikiran akan lebih mudah berdamai dengan hal-hal baru sehingga mudah mencerna setiap masukan yang diberikan oleh orang lain.
Semoga dengan munculnya kesadaran yang mulai disuarakan oleh beberapa orang khususnya di media sosial mengenai membangun dengan kritik dan menjadikan open minded sebagai salah satu cara untuk menyikapinya dapat mulai dikenali, disadari, dan dipahami oleh semua semua orang khususnya kalangan-kalangan tertentu yang menolak kritik. Padahal tanpa kita sadari kritik ibarat garam yang ditambahkan sedikit demi sedikit pada masakan hingga terasa pas di lidah.
Penulis : Sri Rejeki Asri (Mahasiswa Ilmu Hukum Angkatan 2021)
No comments