• Breaking News

    ⚖️ Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu hukum 𝐄𝐪𝐮𝐮𝐦 𝐞𝐭 𝐛𝐨𝐧𝐮𝐦 𝐞𝐬𝐭 𝐥𝐞𝐱 𝐥𝐞𝐠𝐮𝐦 ⚖️ Fakultas Syariah dan Hukum, Uin Alauddin Makassar ⚖️

    Ketika UKM Kerasukan Sosok Roh Jahat

     

    Gambar : Dokumentasi pribadi penulis

    Opini - Manusia merupakan makhluk unik yang dengan kemampuan berpikir melalui akalnya, manusia dapat mengalami peradaban. Dalam peradaban manusia, kemampuan berpikir tersebut juga merangsang kreativitas atau kemampuan manusia dalam membuat atau menghasilkan suatu karya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai ‘homo faber’.

    Semangat kreativitas manusia yang berapi-api umumnya terjadi pada muda-mudi. Hal itu dikarenakan mereka sedang berada pada puncak masa keemasan, yakni masa dimana mereka penuh akan tanda tanya terkait apa yang dilakukan para pendahulunya atas apa yang terjadi saat ini, sehingga ide mereka dapat terpacu dan untuk mengusahakan ide tersebut agar terwujud mereka didukung oleh fisik yang kuat. 

    Kegiatan yang dilakukan muda-mudi dalam membuat atau menghasilkan suatu karya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk selanjutnya kita sebut “Usaha- usaha Kreativitas Muda-mudi” yang disingkat UKM – tentunya tidak akan lepas dari berbagai tantangan. UKM atau “Usaha-usaha Kreativitas Muda-mudi” tersebut seringkali mengalami “kerasukan sosok roh jahat”, yakni pengganggu yang menghambat atau menghalangi semangat muda-mudi dalam berkreativitas. Ketika UKM kerasukan sosok roh jahat, maka tentunya akan menjadi ancaman yang sangat besar dan bahkan berpotensi untuk membinasakan UKM itu sendiri. Beberapa sosok roh jahat yang dimaksudkan disini yang seringkali menjadi ancaman terhadap UKM ialah: (1) Sang Pendahulu; (2) Si Paling Berpengalaman; dan (3) Si Tabrak Tembok.

    1. Sang Pendahulu
    Dalam suatu perkumpulan masyarakat seringkali terdapat tokoh-tokoh yang “dituakan” atau dengan kata lain dihormati dan dihargai melalui kultur yang ada karena dianggap telah berjasa atas kebaikan yang telah terbangun saat ini. “Saya dulu dinda….” Begitu kira-kira kalimat yang sering diucapkan dalam mengawali petuah-petuah yang akan disampaikan. Itulah mengapa tokoh-tokoh ini kami sebut sebagai “Sang Pendahulu”. 

    Berbagai kisah dan pengalaman-pengalaman terdahulu seringkali diceritakan dengan bangga oleh Sang Pendahulu ini, mulai dari bagaimana situasi dan kondisi pada eranya, perjuangan dan perlawanan yang mereka lakukan terhadap rezim-rezim yang dianggap pengganggu, sampai kisah romansa pun dibahas secara antusias bagaikan syair yang merdu. Apa yang mereka ceritakan tersebut seolah-olah merupakan peristiwa sejarah spektakuler yang seolah layak dimuseumkan. 

    Sang pendahulu ini juga seringkali memberikan pengarahan-pengarahan yang bersifat abstrak dan ideal. Hal-hal teknis yang justru biasanya dipertanyakan oleh generasi dalam berkreativitas tidak lagi menarik baginya sehingga ditepis dengan ucapan “Teknis itu dinda”.

    Apa yang dilakukan oleh Sang Pendahulu – baik itu dalam menceritakan kisah masa lalunya maupun dalam memberikan arahan – mungkin dilakukan dengan iktikad baik. Namun ketika kisah-kisah tersebut mulai dibanding-bandingkan dengan kondisi generasi saat ini dan menganggap apa yang mereka lakukan dahulu sebagai satu-satunya hal tepat yang harus dilakukan generasi saat ini tanpa disertai penyesuaian progresif, maka hal tersebut akan menjadi barriers to creativity atau penghalang kreativitas muda-mudi. Pembanding-bandingan tersebut justru akan membuat muda-mudi merasa bahwa dirinya memang kurang kreatif.

    2. Si paling Berpengalaman
    Salah satu yang menjadi tantangan bagi muda-mudi dalam berkreativitas ialah hadirnya sosok perfeksionis – atau yang kita sebut “Si Paling Berpengalaman” – yakni mereka yang merasa memiliki sejuta pengalaman dengan tuntutan harapan yang besar. Segala daya dan upaya tentu akan dilakukannya demi memastikan agar tuntutannya itu dapat dilaksanakan oleh generasi selanjutnya.

    Apa yang menjadi dorongan besar bagi “Si Paling Berpengalaman” sehingga ambisius dalam melakukan hal tersebut ialah agar apa yang pernah mereka lakukan dapat menjadi rekam jejak yang terus berlanjut ke generasi penerus yang dengan itu dapat ia bangga-banggakan. Meskipun harapan-harapan yang dituntut oleh si perfeksionis ini disisi lain lahir atas kekecewaan pada hal-hal yang tidak sempat diwujudkan pada masanya, itulah mengapa mereka kemudian dengan sekuat tenaga berupaya menuntut banyak hal kepada generasi penerus.

    Hal positif yang patut diapresiasi kepada “Si Paling Berpengalaman” ini ialah ia akan memberikan dukungan, bantuan, serta pengawalan yang ekstra pada generasi penerus baik itu berupa materi maupun non-materi, meskipun hal itu harus berjalan sesuai dengan koridor yang ditentukannya. Sehingga generasi penerus hanya dijadikannya sebagai tunggangan akan kepentingan pribadinya.

    Tindakan Si Paling Berpengalaman kepada generasi yang menuntut agar harus benar sehingga karena itu generasi harus mengikuti aturan yang dibuatnya dan menganggap bahwa generasi mencoba-coba adalah salah lagi-lagi justru akan menjadi barrier to creativity’ atau penghalang kreativitas bagi generasi. Padahal memastikan generasi untuk berani mencoba serta tidak takut melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan dapat mendorong kreativitas muda-mudi.

    3. Si Tabrak Tembok
     Gejolak hasrat muda-mudi yang berapi-api seringkali justru menjadi bumerang ketika diturutkan tanpa pengarahan dan pengontrolan yang baik. Berbagai gagasan akan perubahan serta hal-hal baru dirintis dalam menentang berbagai hal yang secara kultural telah terlaksana demi meraih sorotan dan menjadi superior terhadap yang lain. Oleh karena itulah sosok ini kami sebut sebagai “Si Tabrak Tembok”.
     Kecenderungan sosok ini untuk menjadi superior terhadap yang lain – dalam hal ini antar sesama muda-mudi – seringkali merujuk pada perilaku agresif dan justru akan menjadi racun berbahaya yang dapat secara perlahan membunuh usaha kreativitas muda-mudi yang lain. Apa yang dilakukan Si Penabrak Tembok ini tentunya akan mempengaruhi psikologi dari muda-mudi yang lain, dan karena itu perlu pembinaan yang baik dan tepat.
    Manusia merupakan makhluk unik yang disebut sebagai "Homo Faber" karena kreativitas atau kemampuannya untuk menghasilkan karya dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Kreativitas yang dimiliki manusia yang disokong oleh akalnya membawa manusia mengalami peradaban. Adapun puncak masa keemasan manusia dalam berkreativitas umumnya terjadi pada muda-mudi. Untuk itu "Usaha-usaha Kreativitas Muda-mudi" yang dalam tulisan ini kami singkat UKM merupakan suatu hal yang memerlukan perhatian khusus.
    Salah satu hal yang menjadi tantangan bagi UKM atau "Usaha-usaha Kreativitas Muda-mudi" ialah ketika "kerasukan sosok roh jahat". Sosok roh jahat disini diantaranya (1) Sang Pendahulu; (2) Si Paling Berpengalaman; dan (3) Si Tabrak Tembok. Untuk itu "ketika UKM kerasukan roh jahat" maka roh jahat tersebut perlu dikeluarkan . Karena jika roh jahat tersebut dibiarkan untuk merasuki UKM, maka tentu saja hal itu akan mengancam UKM itu sendiri.

    Penulis: Arya Kusuma Ramadhan (Kabid Keilmuan HMJ Ilmu Hukum 

    No comments