• Breaking News

    ⚖️ Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu hukum 𝐄𝐪𝐮𝐮𝐦 𝐞𝐭 𝐛𝐨𝐧𝐮𝐦 𝐞𝐬𝐭 𝐥𝐞𝐱 𝐥𝐞𝐠𝐮𝐦 ⚖️ Fakultas Syariah dan Hukum, Uin Alauddin Makassar ⚖️

    Intelegensia Muslim dan Identitas Nasional : Kajian Postkolonial Tentang Sastra Indonesia

    Gambar :Dok. pribadi mursil

    Opini - Intelegensia Muslim adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang yang beragama Islam dan memiliki tingkat pendidikan, pengetahuan, dan kesadaran yang tinggi tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan Islam, bangsa, dan dunia. Intelegensia Muslim menghadapi orientalisme Barat, yaitu cara pandang Barat yang menggambarkan Timur sebagai tempat yang eksotis, primitif, irasional, dan inferior.  berlawanan dengan Barat yang dianggap sebagai tempat yang rasional, modern, dan superior. Orientalisme Barat merupakan bentuk pengetahuan yang diproduksi dan dipergunakan oleh Barat untuk membenarkan dan mempertahankan kolonialisme dan imperialisme

    Intelegensia Muslim mengkritik dan menantang orientalisme Barat dalam karya-karya sastra Indonesia dengan menggunakan beberapa strategi, seperti:
    • Menggunakan pengetahuan, bahasa dan media yang dikuasai oleh Barat untuk menunjukkan kemampuan dan kredibilitas intelegensia Muslim, sekaligus untuk mengungkap dan membongkar kebohongan serta kecurangan Barat. Contoh: Dalam novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer, tokoh Minke menggunakan bahasa Belanda dalam surat kabar, dan buku-buku untuk menyuarakan aspirasi dan perlawanan bangsa pribumi terhadap penjajahan Belanda.
    • Membalikkan stereotip dan citra negatif yang dibuat oleh barat tentang timur dengan menampilkan sisi positif kreatif dan humanis dari intelegensia muslim dan bangsa indonesia contoh: dalam novel "Tenggelamnya Kapal Van der wijck" karya Buya Hamka, tokoh Zainuddin menulis karya-karya sastra yang mengandung nilai-nilai islam dan nasionalisme, yang mendapat penghargaan dan pengakuan dari masyarakat Belanda dan internasional.
    • Menyajikan perspektif dan pengalaman alternatif yang berbeda dari versi resmi atau dominan yang disampaikan oleh Barat dengan menggali dan menghidupkan kembali sejarah, budaya, dan tradisi lokal yang terlupakan atau terpinggirkan. Contoh: Dalam novel “Salah Asuhan” karya Abdul Muis, tokoh Hanafi menyadari pentingnya mempelajari dan menghormati budaya maupun agama pribumi, yang seringkali dianggap rendah dan ketinggalan oleh Barat.

    Identitas dan budaya adalah konstruksi sosial yang tidak bersifat tetap, melainkan terbentuk dan berubah-ubah akibat interaksi dan negosiasi antara berbagai unsur yang berbeda. Intelegensia Muslim membentuk dan mengekspresikan identitas dan budaya yang hibrida, yaitu keadaan di mana identitas dan budaya tidak terbatas oleh satu kategori atau label, melainkan mencerminkan keragaman dan kompleksitas yang ada dalam diri dan lingkungan intelegensia Muslim. Identitas dan budaya yang hibrida menawarkan kemungkinan-kemungkinan baru untuk mengatasi dualisme dan esensialisme yang melekat dalam orientalisme.
    Intelegensia Muslim membentuk dan mengekspresikan identitas dan budaya yang hibrida dalam karya-karya sastra Indonesia dengan menggunakan beberapa strategi, seperti:

    • Mensintesis dan mengintegrasikan berbagai unsur yang berbeda, seperti etnis, agama, budaya, dan sejarah, yang menjadi bagian dari identitas dan budaya intelegensia Muslim, tanpa harus mengorbankan atau menolak salah satu unsur tersebut. Contoh: Dalam novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer, tokoh Minke menyatakan dirinya sebagai seorang pribumi, seorang muslim, seorang Barat, dan seorang Indonesia, yang masing-masing memiliki makna dan nilai tersendiri bagi dirinya.
    • Menyadari dan mengakui adanya ketidakstabilan dan ambivalensi yang ada dalam identitas dan budaya intelegensia Muslim, yang seringkali mengalami konflik dan dilema antara berbagai unsur yang berbeda, tanpa harus mencari atau memaksakan kepastian atau kesatuan. Contoh: Dalam novel “Pada Sebuah Kapal” karya N.H. Dini, tokoh Sri mengalami konflik antara menjadi wanita Indonesia dan menjadi wanita Barat, antara menjadi wanita karier dan menjadi ibu rumah tangga, dan antara menjadi wanita mandiri dan menjadi wanita tunduk, yang masing-masing memiliki tuntutan dan konsekuensi tersendiri bagi dirinya.
    • Menjelajahi dan mengeksplorasi berbagai ruang dan peluang yang tersedia bagi intelegensia Muslim untuk mengekspresikan dan mengembangkan identitas dan budaya mereka, tanpa harus terikat atau terbatas oleh batas-batas yang ditetapkan oleh Barat atau oleh kelompok-kelompok lain. Contoh: Dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Buya Hamka, tokoh Zainuddin berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, seperti Padang, Batavia, Surabaya, dan Makassar, yang masing-masing memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri bagi dirinya.

    Penulis : Muccil (Ketua Umum HMJ Ilmu Hukum 2024)
     

    No comments